"Jika kita terus melakukan bisnis seperti ini, di 2030 tanpa dukungan global kita harus mengurangi 29 persen emisi karbon, dengan dukungan global 41 %, ini artinya kita harus melakukan sesuatu. Transportasi menyumbang sekitar 26% emisi, sangat tinggi, dan jika kita masih melanjutkan bisnis ini terus menerus banyak orang yang bakal meninggal karena CO2," jelas Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, I Gusti Putu Suryawirawan di Jakarta.
Hal tersebut disebabkan karena transportasi di Indonesia sangat bergantung pada energi fosil sebagai energi utama. Terlebih pasar otomotif di Indonesia yang terdiri dari roda dua dan roda empat terus tumbuh dari tahun ke tahun, bisa dibayangkan polusi yang diciptakan dari kondisi tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagian dari mereka kebanyakan di Jawa, karena 70 persen dari industri kita ada di Jawa. Jadi bisa dibayangkan Jawa akan lebih padat apalagi Jakarta. Saat ini kami sudah mendata setidaknya ada 13 juta mobil yang menghasilkan 53 megaton CO2, balik lagi jika kita menjalankan bisnis kita seperti biasa, 2030 akan menjadi 100 megaton," jelas Putu.
Untuk mengurangi polusi tersebut kini pemerintah sedang menggodok kebijakan penerapan pajak berdasarkan emisi gas yang dihasilkan. Pemerintah juga terus mendorong agar bisa menerapkan standar Euro4. (dry/rgr)












































Komentar Terbanyak
Kok Bisa Bobibos Sulap Jerami Jadi BBM RON 98?
Katanya Jakarta-Bandung Lewat Tol Japeksel Cuma 45 Menit, Ternyata...
Baru Seumur Jagung, BYD Atto 1 Kalahkan Penjualan Seluruh LCGC