Sebelumnya para aktivis feminimisme sudah mengkampanyekan untuk turun ke jalan mulai 26 Oktober lalu untuk menentang aturan lalu lintas di Arab dimana wanita tidak diizinkan untuk mengemudi mobil sendiri.
Para wanita protes dan menganggap larangan yang sudah berlangsung puluhan tahun itu terlalu dibuat-buat. Arab Saudi pun saat ini tercatat sebagai satu-satunya negara yang tidak mengizinkan wanita untuk mengemudi kendaraan sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena itu, banyak wanita yang berniat mengemudi akhirnya mengurungkan niatnya. Petugas tidak menemukan wanita yang berani mengemudi di kota-kota besar meski ada beberapa wanita yang memposting aktivitas mengemudi di Riyadh dan Al-Ahsa di Youtube atau Twitter.
Di Arab Saudi wanita ketika bepergian pun para wanita Arab harus disertai suami atau kerabat pria terdekat. Para wanita yang tertangkap mengemudi sendiri di Arab Saudi bisa dipenjara atau bahkan dicambuk sebagai hukuman.
Pemegang otoritas di sana beranggapan kalau dengan mengizinkan wanita mengemudi maka dapat memprovokasi lonjakan prostitusi, pornografi, homoseksualitas dan perceraian.
Berbagai hukuman siap diberikan bila ada wanita yang mengemudi mobil sendiri. Pada tahun 2011, Shaima Jastaniya dijatuhi hukuman 10 cambukan setelah ditangkap mengemudi di Jeddah.
Pada Juni 2011, para aktivis perempuan Arab meluncurkan kampanye Women2Drive di jejaring sosial. Kampanye mereka, yang menyebar melalui Facebook dan Twitter, adalah aksi massa terbesar sejak November 1990, ketika 47 perempuan Saudi ditangkap dan dihukum setelah ditemukan berada di mobil.
Bahkan pernah ada wanita Arab yang menggugat pemerintah karena tidak berhasil mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM) padahal sudah mencoba berulang kali untuk mengajukan permohonan SIM di departemen lalu lintas negeri itu.
Dukungan internasional pun terus berdatangan. Di 2011, sekelompok wanita di Ukraina bahkan sampai protes sambil topless, mereka rela berdemo dengan bertelanjang dada agar larangan mengemudi di Arab dicabut. Senator di AS pun mendukung perjuangan para wanita ini.
Menyambut Hari Wanita Internasional yang jatuh 8 Maret lalu, lembaga Institute of Advanced Motorists (IAM) di Inggris juga kembali menyuarakan dukungan agar wanita-wanita di Arab Saudi bisa menyetir sendiri karena itu dianggap sebagai hak asasi para wanita.
Seorang blogger wanita bernama Eman al-Nafjan menyerukan para wanita untuk menentang larangan mengemudi. Dia pun ditahan di Riyadh pada beberapa waktu lalu. Aktivis Manal Al-Sharif juga pernah dipenjara karena nekad mengemudi mobil sendiri.
Jenderal Mansour Al-Turki, juru bicara Kementerian Dalam Negeri menurut Arab News tidak bisa dihubungi untuk memberikan komentar terkait masalah ini.
Namun pada Kamis lalu dia sudah mengultimatum kalau setiap upaya untuk mengemudi dan bergabung dengan protes massa ini akan dianggap serius oleh pemerintah.
Kontroversi juga muncul setelah seorang sheikh bernama Sheikh Salah al-Luhaydan beberapa waktu lalu yang mengatakan kalau mengemudi bagi wanita dapat mempengaruhi kesuburan.
"Ilmu fisiologis dan kedokteran fungsional mempelajari sisi ini (dan menemukan) bahwa secara otomatis (mengemudi bagi wanita) mempengaruhi indung telur dan sampai panggul," katanya.
"Inilah sebabnya mengapa kita menemukan wanita yang terus mengendarai mobil, anak-anak mereka lahir dengan kelainan klinis dengan berbagai derajat," tambahnya lagi
(syu/ddn)
Komentar Terbanyak
Penjualan Mobil Ambrol, Ekonomi Indonesia Tidak Baik-baik Saja
Heboh Polantas Tanya 'SIM Jakarta', Begini Cerita di Baliknya
Duh! Ojol Ancam Mau Demo Sebulan Sekali