Mobil andalan Toyota ini berkarakter ramah lingkungan cocok dengan kampanye ramah lingkungan.
Sekalian redaksi detikcom menggelar Outing ke Pantai Anyer, kami pun mencoba membuktikan kehandalan mobil Toyota Prius di jalur tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apalagi, bodi mobil yang pajak tahunannya mencapai Rp 4,568 juta ini hampir menyerupai bentuk sedan. Ini sangat cocok dipadukan dengan velg berukuran 16 inci dan dibalut dengan ban Turanza.
Sisi lain, bumper depan yang agak menurun dengan garis grille sedikit melancip mengentalkan jika Prius tidak seperti mobil lainnya yang berbahan bakar bensin.
Ditambah lagi posisi buritan yang agak sedikit berotot setelah penambahan lampu stop yang memenuhi tampilan belakang.
Beralih ke kabin penumpang. Beberapa saat melirik kedalam, detikOto tidak melihat barang istimewa pada interior Toyota Prius. Terlihat biasa saja bak mobil Jepang lainnya yang dibanderol berkisar Rp 250 juta sampai Rp 350 juta.
Sebut saja power window, power stering, console box, sound audio dan layar touchscreen yang terintegrasi dengan apik pada kabin Toyota Prius. Selain itu, pengatur suara audio dan AC yang tersemat rapih pada kemudi Toyota Prius.
Kami menilai pada kabin mobil yang terkenal dengan ramah lingkungan tersebut ya boleh dibilang masih biasa-biasa saja.
Tanpa menunggu lama, langsung saja mobil dinyalakan. Caranya agak berbeda dengan mobil konvesional. Masukkan dulu smart keynya, kemudian pijit tombol power sambil menahan pedal rem.
Pedal rem harus dipijak setiap kali menekan tombol power. Karena jika tidak begitu, tuas transmisi otomatis selalu susah berpindah dari P (Parking) ke D (Drive) atau ke R (Reverse).
Begitu tombol power dinyalakan, bagi yang belum terbiasa dengan mobil listrik pasti kebingungan, ini mobil mesinnya sudah menyala atau belum ya?
Jangan kelimpungan, pada saat start awal, mesin Prius tidak bersuara karena masih menggunakan mesin bertenaga listriknya.
Mesin tenaga BBM baru menyala ketika Prius melaju sekitar 15 km/ jam atau ketika baterai di mesin listrik hampir habis.
Β
Setelah beberapa saat memperhatikan secara detail pada posisi dashboard mobil, tepatnya pada layar touchscreen.
Ternyata, terlihat jelas gambar pergerakan roda mobil, dari layar touchscreen itu, dan terlihat sumber tenaga penggerak roda yang berasal dari mesin dan motor listrik.
Pertama di gas, terlihat kecepatan 0- 15 km per jam penggerak roda berasal dari listrik, tetapi setelah kecepatan 15 km per jam terlihat bisa salah satu yang hidup atau berbarengan.
Kesimpulan pertama, wajar jika mobil tersebut sangat irit bahan bakar, apalagi di tengah kondisi jalanan yang macet. Umumnya kondisi jalan yang macet, average kecepatan mobil berkisar 0 - 20 km per jam.
Dan dalam kondisi ini, Toyota Prius Hybrid sangat ideal karena dalam kecepatan tersebut, Prius hanya menggunakan tenaga listriknya untuk menggerakan roda depan, sehingga mesin berbahan bakar Pertamaxnya jadi nganggur.
Gas pun langsung dibejek menuju Pantai Anyer, Banten. Kala itu detikOto menempuh perjalanan malam hari melewati jalur tol Bintaro menuju Tangerang hingga tembus tol Jakarta-Merak.
Bangku penumpang belakang terisi penuh, dan ditambah beban di bagasi. Perjalanan pun lancar tanpa mendapati masalah apapun dengan Toyota Prius.
Akselerasi mesin Prius cukup mumpuni, baik itu jalan mendatar atau menanjak, kami tidak melihat masalah pada akselerasi Prius. Begitu gas ditekan dalam-dalam, Prius langsung ngibrit meski agak terasa pada awalnya, roda-roda Prius sedikit menahan laju mobil.
Di jalan tol yang lurus tak terasa kecepatan mobil sudah mencapai 150 km/jam. Namun Prius masih nyaman dipegang handling pun mantap, kami pun hampir tak menyadari kalau kecepatan kami sudah mencapai 150 km/jam. Biar selamat sampai tujuan, kecepatan mobil hybrid ini pun kami kurangi.
Sesampainya di Anyer, tercatat Prius menempuh perjalanan sepanjang 135 km.
Dengan rata-rata pada kecepatan 100 km/jam dengan konsumsi bahan bakar cukup irit, tercatat konsumsi BBM hanya 11 liter. Masih boros memang, berhubung seringnya pedal gas dibejek dalam-dalam.
Mesin BBM masih menjadi tenaga utama, sesekali, motor elektrik akan membantu menggerakkan mobil.
Tak jarang, motor elektrik pun menjadi penggerak pada kecepatan tinggi, tetapi sesekali dan berlangsung tidak lama, hanya 1 - 2 detik.
Mesin BBM selalu menyuplai motor elektrik. Di kala tenaga mesin hidup maka disitulah baterai dicharge.
Waktunya pulang ke Jakarta pun tiba, waktu itu Minggu siang (7/6/09). Prius menempuh perjalanan tol Jakarta Merak, langsung menuju jalan tol dalam kota hingga tembus di Warung Buncit tepatnya kantor kami.
Perjalanan pulang kali ini cukup panjang. Tercatat Prius menempuh perjalanan 140 km.
Dengan cuaca yang panas, dan berat beban yang hampir sama sewaktu perjalanan pergi, kami mendapati konsumsi BBM pada Prius sekitar 12 liter. Sedikit lebih banyak dibandingkan pada waktu malam hari. Rata-rata kecepatan pun sama yaitu 100 km per jam.
Konsumsi Pertamax itu didapat jika mesin dipaksa mengeluarkan kemampuan maksimalnya dalam kondisi ekstrem.
Namun jika dalam keadaan melaju di dalam kota Jakarta, dengan kecepatan maksimal 80 km/jam di dalam kota, sesuai data konsumsi Pertamax di touchscreen kami menemukan konsumsi Pertamax 6,2 liter untuk 100 km atau sekitar 1 liter untuk 16,67 km, bahkan mencapai 5,6 liter untuk 100 km (1 liter untuk 17,8 km) jika kami mengurangi kecepatan maksimal hingga 60 km/jam..
Jadi intinya, jika di dalam kota, dengan kondisi macet seperti di Indonesia, Prius akan sangat hemat bensin karena sering menggunakan mesin listriknya.
Oh iya satu hal lagi, jika Anda mengemudikan Prius di jalan-jalan perumahan, ketika menemui belokan jangan lupa sering-sering klakson.
Prius yang tidak terdengar suaranya ini ketika berjalan pelan, sering bikin kaget pengendara yang lainnya.
Secara keseluruhan, jika Anda techno freak atau yang sangat concern dengan masalah lingkungan, hybrid ini bisa jadi pilihan Anda.
Karena selain bahan bakar yang sangat efisien, mobil liftback dari Toyota sangat ramah lingkungan dan berteknologi tinggi. (ikh/ddn)
Komentar Terbanyak
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Ini Dampak Buruk Andai Tarif Ojol Naik 8-15 Persen di Indonesia
Biaya Tes Psikologi Naik, Perpanjang SIM Bakal Keluar Duit Segini