Tidak hanya melakukan proses penyeleksian atlet, selama program berjalan, juga dilaksanakan workshop di beberapa kota bagi atlet-atlet muda Indonesia. Program ini juga memberikan dukungan untuk membantu atlet terpilih dalam mewujudkan impiannya.
"Semoga program SATRIA ini dapat berkontribusi positif terhadap pengembangan atlet dan olahraga nasional. Kami berharap para atlet ini mempunyai semangat 'Start Your Impossible' yang memacu mereka agar tidak pernah menyerah dalam menghadapi tantangan untuk dapat mencapai cita-citanya sebagai juara," ujar Vice President Director PT Toyota-Astra Motor, Henry Tanoto.
Henry mengatakan pihaknya menggandeng 3 orang profesional sebagai mentor dalam proses seleksi yang dilakukan selama 6 bulan serta pembinaan atlet. Adapun ketiga orang tersebut antara lain mantan perenang, Richard Sambera, tokoh penting dalam olahraga disabilitas di Indonesia, Dr. Nino Susanto, dan wartawan olahraga senior, Eko Widodo.
Atlet yang terpilih berasal dari berbagai daerah dan cabang olahraga seperti atletik, angkat besi, balap sepeda nomor mountain bike (MTB), selancar, renang, taekwondo, judo, juga terpilih dari atlet paralimpik untuk olahraga di bidang atletik, renang, boccia, dan tenis meja. Selain berprestasi, mereka juga punya semangat yang mencerminkan nilai-nilai 'Start Your Impossible'.
Lebih lanjut Henry menjelaskan, Toyota akan memberikan dukungan selama 1 tahun kepada 20 atlet terpilih. Adapun bentuk dukungan tersebut akan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing atlet, antara lain support untuk mengikuti turnamen/kejuaraan di tingkat nasional maupun internasional, training, alat-alat olahraga, maupun program mentoring dan coaching.
Tidak hanya itu saja, nantinya akan diseleksi 6 orang untuk berkunjung ke Olympic Games & Paralympic Games Tokyo 2020. Kunjungan ke event olahraga internasional 4 tahunan ini bertujuan untuk menambah khasanah wawasan para atlet muda tersebut. Dengan begitu diharapkan dapat memberikan motivasi dan menginspirasi mereka agar mewujudkan impiannya menjadi wakil Indonesia di ajang Olympic/Paralympic Games di masa depan.
Henry berharap program SATRIA bisa menjadi batu loncatan prestasi bagi para atlet muda berbakat Indonesia di level yang lebih tinggi hingga di kancah internasional. Dia pun mencontohkan Luluk Diana Tri Wijayana yang merupakan atlet angkat besi asal Pacitan, Jawa Timur.
Meski di tengah keterbatasan ekonomi, Luluk mampu menunjukkan prestasi dengan mencetak rekor dan meraih emas di ajang Popnas 2019 pada kelas 49 kg.
Sebagai atlet muda, menurutnya Luluk punya potensi besar untuk menjadi atlet yang mewakili Indonesia di level Asia dan dunia. Impiannya adalah dapat menjadi juara di kelas 49 kg. Untuk mengatasi hambatan yang dialaminya, lanjut Henry, Luluk akan mendapat support berupa peralatan latihan, serta sesi coaching & counseling lewat program SATRIA. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri serta kemampuannya sebagai atlet.
Di sisi lain, ada Cici Juliani, atlet tenis meja disabilitas asal Kalimantan Barat yang memiliki impian besar sama halnya seperti Luluk. Kendati berasal dari daerah pedalaman dan berlatar belakang dari keluarga petani, atlet muda tenis meja berusia 17 tahun ini tidak pernah menyerah atas kesulitan yang dihadapinya.
Cici mempunyai kendala dalam hal kelancaran latihan, antara lain kurangnya alat-alat penunjang latihannya. Bahkan, pada awal program SATRIA berjalan dia mengalami cedera kaki. Namun, kondisi tersebut tidak lantas menyurutkan tekad Cici. Pada tahun 2020 ini dia bermimpi untuk dapat masuk Pelatnas.
Melalui program SATRIA, Cici mendapat dukungan dalam hal pelatihan dan peralatan demi mempersiapkannya dalam berkompetisi di beberapa kejuaraan, seperti Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) dan Para Indonesia Open 2020.
(adv/adv)
Komentar Terbanyak
Heboh Polantas Tanya 'SIM Jakarta', Begini Cerita di Baliknya
Sertifikat Kursus Nyetir Jadi Syarat Bikin SIM, Gimana kalau Belajar Sendiri?
Dulu Rp 76 Juta, Kini Tembus Rp 200 Juta! Kenapa Harga Mobil LCGC Naik Terus?