Para Risers Datsun tiba di tempat ini, Sabtu 12 November 2016 sekitar pukul 10.30 WIB.
"Peninggalan prasejarah neolitik 2500 SM. Taman purbakala ini disebut masyarakat sekitar juga Keratuan Pugung. Radius kurang lebih 30 hektar," ujar salah satu pengelola Taman Purbakala Pugung Raharjo, Saiful.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awalnya, Taman Purbakala ini adalah pemukiman zaman prasejarah, lalu masuk ke zaman klasik Hindu Budha, kemudian masuk lagi ke zaman perkembangan Islam.
"setelah itu kembali ditinggalkan oleh penghuninya kembali menjadi hutan. Sampai akhirnya tahun 1954 di atangkan transmigrasi untuk membuka lahan taman purbakala ini. Transmigrasi lokalnya dari BRN (Badan Rekontruksi Nasional) yang isinya para pejuang veteran 45. Waktu itu 78 KK (Kepala Keluarga) yang datang," tutur Saiful.
Setelah kedatangan para transmigran tersebut, salah satu anggotanya membuka sebuah lahan pertanian, nah dari situlah awal ditemukannya peninggalan-peninggalan prasejarah tersebut.
"Ditemukan patung bodi satwa 1957 oleh Bapak Ngadiran, lalu 1963 diteliti, setelah itu tokoh masyarakat, atau lurah, kepala desa, melaporkan ke balai purbakala Jakarta, setelah itu diadakan penelitian dan ditetapkan sebagai situs cagar budaya peninggalan prasejarah dan klasik Hindu Budha dan perkembangan Islam," tutur Saiful
Di dalam Taman Purbakala ini terdapat 13 Punden, atau tempat pemujaan para nenek moyang. Dari 13 punden, hanya 7 yang dapat diselamatkan.
"Sisanya karena alam, enggak selamat. Jadi punden 1 sampai 4 dihitung dari urutan tempat masuk. Punden paling besar punden 6 yang berundak 3, lalu Punden 7 punden arca karena tempat penemuan arca bodi satwa atau yang disebut Putri Badariah, dari bahasa Arabnya Budha Tantri," ujar Saiful.
Selain 7 Pundan, ada juga situs batu mayat atau disebut situs batu kandang, karena ketika ditemukan posisi dari bebatuan tersebut roboh, membujur arahnya ke utara dan selatan seperti mayat.
"Maka penduduk mengatakan itu batu mayat. Dan di sini ada punden nomer 5, masih asli cuma dibersihkan saja. Dan ada beberapa batu, ada batu palus atau lingga keperkasaan laki-laki. Kemudian batu Yoni atau kesuburan dengan huruf T di batunya lambang kesuburan. Jadi disini dulu pemujaan untuk sesuatu yang diminta hubungan antara laki-laki dan perempuan dengan persembahan dari binatang buas atau buah-buahan," ungkap Saiful.
Dan yang cukup terkenal juga adalah kolam megalitikum atau air bertuah, yang tidak pernah kering walau kemarau panjang.
"Karena ada mitos kalau yang cuci muka atau mandi bisa awet muda. Banyak batu-batuan juga yang digunakan nenek moyang untuk mck (mandi, cuci, muka), bisa terapi ikan juga," tambah Saiful.
(ddn/ddn)
Komentar Terbanyak
Pokoknya Jangan Ngebut Pakai Pajero-Fortuner di Tol kalau Mau Panjang Umur!
Kok Bisa Oknum TNI Lawan Arah Ditegur Karyawan Zaskia Mecca Malah Mukul?
TOT... TOT... WUK... WUK Mengganggu! Korlantas: Saya Akan Evaluasi