Pertama tidak membawa banyak barang di dalam mobil.
"Bawa barang-barang seperlunya saja," saran PR Manager PT Toyota-Astra Motor Rouli H. Sijabat di sela-sela test drive Toyota Camry di Nusa Dua, Bali, Jumat (27/4/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan hanya barang-barang buat kebutuhan aktivitas keluarga yang bisa menambah beban mobil. Penambahan aksesoris juga membuat beban mobil makin berat, terutama mengganti pelek menjadi lebih besar dan lebar.
Padahal semakin banyak barang yang diangkut, otomatis berat mobil bertambah. Makin berat bobot mobil, tenaga mesin buat menghelanya semakin besar.
"Makin besar tenaga yang mesin keluarkan, makin banyak BBM yang diperlukan," ujar pria ini.
Upaya penghematan berikutnya adalah dengan menjaga putaran mesin pada kondisi optimalnya. Mobil yang berjalan pada RPM optimal, maka semakin efisien pula konsumsi bahan bakarnya.
"Untuk yang Veloz, optimalnya itu pada RPM 3-4 ribu," jelas pria murah senyum ini.
Kemacetan lalu lintas Jakarta yang mengharuskan stop and go, diakui bisa membuat konsumsi BBM lebih boros. Namun tetap bisa ditekan dengan perilaku mengemudi yang biasa saja. Tidak seolah dikejar setan.
"Perpindahan giginya gradual saja, jangan penuh sentakan atau malah dibuat tarik-tarikan," sambungnya.
Rouli tidak sepakat terhadap ide lain menghemat pengeluaran dengan mengoplos Pertamax-Premium.
Sepetahuannya belum ada penelitian akurat mengenai komposisi ideal perpaduan dua jenis BBM beda 'kasta' itu agar menujukkan kinerja maksimal.
"Yang pasti oktannya akan turun. Bila menggunakan BBM oktan lebih rendah dari rekomendasi pabrik, dampak jangka pendek yang dirasakan adalah mesin ngelitik. Dampak jangka panjang, piston jebol, lebih mahal jatuhnya," papar Rouli.
(lh/ddn)
Komentar Terbanyak
Heboh Polantas Tanya 'SIM Jakarta', Begini Cerita di Baliknya
Tampang Mobil Baru Toyota yang Harganya Cuma Rp 130 Jutaan
Tren Banting Harga Mobil China Diklaim Tak Efektif untuk Jangka Panjang