"Definisi mobil nasional itu apa? Kan tidak jelas sampai sekarang," ujar Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) Jongkie D Sugiarto di Jakarta.
"Dulu pas 96 kita memang punya mobil nasional karena ada inpres mengenai mobil nasional. Tapi sekarang merek itu kan sudah tutup dan tidak ada inpres lagi, jadi semua bisa klaim mobil nasional," tandasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun definisi mobil nasional yang dipaparkan Jongkie tadi jelas bertentangan dengan definisi mobil nasional yang diusung oleh Asosiasi Industri Automotive Nusantara (Asia Nusa) yang merupakan para pengembang mobil-mobil lokal seperti Fin Komodo, AG-Tawon, GEA, Kancil, Wakaba, Merapi dan Boneo.
"Pertama pemilik perusahaannya adalah orang Indonesia. Kedua pemegang hak patennya adalah orang Indonesia dan ketiga pemegang mereknya adalah orang Indonesia," ungkap Ketua Bidang Marketing dan Komunikasi Asia Nusa Dewa Yuniardi beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, Jongkie malah mengungkapkan kalau sesungguhnya asal kendaraan tidak terlalu signifikan mempengaruhi keberhasilan sebuah merek mobil. Sebab ada banyak hal lain yang mempengaruhinya.
"Siapa saja bisa sukses. Tergantung strateginya, produknya, harganya, waktunya. Mau Eropa, Amerika, India atau China juga bisa sukses asal hal-hal tadi bisa didapat," jelasnya.
Ketika disinggung bahwa pertumbuhan merek mobil di luar Jepang sukar terjadi di Indonesia karena lebih dari 90 persen pasar sudah dikuasai negeri matahari terbit, Jongkie membantahnya. Menurut bos mobil Korea itu, Jepang berhasil karena faktor-faktor yang tadi dia sebutkan.
"Dulu Jepang apa? Tidak ada yang tahu. Pasar mobil Indonesia masih dikuasai Amerika, tapi dia bisa menyingkirkan Amerika berkat ketepatan strategi, produk, harga dan waktu," pungkasnya.
(syu/ddn)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Bayar Pajak STNK Masih Datang ke Samsat? Kuno! Ini Cara Bayar Pakai HP