Replika Robot dari Bantul Ini Terbang ke China hingga Jerman

Adalah Eri Sudarmono, yang begitu kreatif membuat replika robot berbahan onderdil motor ini. Pria 42 tahun itu menjelaskan bagaimana awal mula menekuni usaha tersebut. Warga Pedukuhan Kauman, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul ini mengaku pertamanya membuka studio lukisan pada tahun 2006.
Utak-atik onderdil bekas dari motor ini dimulai Eri sejak 7 bulan lalu. Awalnya, ia mendapat order dari China untuk membuat 10 replika robot dari besi.
Eri mengaku berani menerima pesanan itu karena sebelumnya pernah mengenyam pendidikan di jurusan Seni Kriya Logam Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tahun 1999. Terlebih, selama pandemi ini pemasukannya mengalami penurunan yang cukup drastis.
Menyoal robot buatannya, dia mengaku menggunakan bahan berupa onderdil motor bekas yang dia beli dari penjual bahan rongsokan. Pasalnya Eri juga berkecimpung dalam usaha restorasi motor tua.
Eri mengaku mendapatkan motor-motor tua tersebut dari penjual rongsokan. Pasalnya untuk membuat satu replika robot memerlukan beberapa unit motor.
 
Selanjutnya, pria yang tidak lulus kuliah di ISI Yogyakarta ini mulai mengambil onderdil berbahan besi dari motor bekas tersebut. Lebih lanjut, Eri membuat desain dan mulai membentuk replika robot dari onderdil motor.
Bahkan, saat ini Eri dan 12 pegawainya mampu membuat 5 unit robot dalam satu bulan. Pasalnya replika robot buatannya memiliki ukuran yang cukup besar dan memerlukan pengelasan untuk menyatukan onderdil motor menjadi bentuk replika robot.
Menyoal harga replika robot buatannya, Eri menyebut bervariasi tergantung kesulitannya. Sedangkan untuk pembelinya, Eri mengaku masih didominasi dari luar negeri. Untuk harga satu unit berkisar antara Rp 25 juta hingga Rp 60 juta.
Adalah Eri Sudarmono, yang begitu kreatif membuat replika robot berbahan onderdil motor ini. Pria 42 tahun itu menjelaskan bagaimana awal mula menekuni usaha tersebut. Warga Pedukuhan Kauman, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul ini mengaku pertamanya membuka studio lukisan pada tahun 2006.
Utak-atik onderdil bekas dari motor ini dimulai Eri sejak 7 bulan lalu. Awalnya, ia mendapat order dari China untuk membuat 10 replika robot dari besi.
Eri mengaku berani menerima pesanan itu karena sebelumnya pernah mengenyam pendidikan di jurusan Seni Kriya Logam Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tahun 1999. Terlebih, selama pandemi ini pemasukannya mengalami penurunan yang cukup drastis.
Menyoal robot buatannya, dia mengaku menggunakan bahan berupa onderdil motor bekas yang dia beli dari penjual bahan rongsokan. Pasalnya Eri juga berkecimpung dalam usaha restorasi motor tua.
Eri mengaku mendapatkan motor-motor tua tersebut dari penjual rongsokan. Pasalnya untuk membuat satu replika robot memerlukan beberapa unit motor. 
Selanjutnya, pria yang tidak lulus kuliah di ISI Yogyakarta ini mulai mengambil onderdil berbahan besi dari motor bekas tersebut. Lebih lanjut, Eri membuat desain dan mulai membentuk replika robot dari onderdil motor.
Bahkan, saat ini Eri dan 12 pegawainya mampu membuat 5 unit robot dalam satu bulan. Pasalnya replika robot buatannya memiliki ukuran yang cukup besar dan memerlukan pengelasan untuk menyatukan onderdil motor menjadi bentuk replika robot.
Menyoal harga replika robot buatannya, Eri menyebut bervariasi tergantung kesulitannya. Sedangkan untuk pembelinya, Eri mengaku masih didominasi dari luar negeri. Untuk harga satu unit berkisar antara Rp 25 juta hingga Rp 60 juta.