Ngenes! Nasib Armada Bus Pluit Jaya yang Kini Dijual Kiloan

Pekerja tengah mereparasi salah satu bus di pool Pluit Jaya, Jakarta Utara, Jumat (25/9/2020).

Beroperasi sejak tahun 1975 kini bus Pluit Jaya tinggal kenangan, pasalnya bus tersebut sudah tidak terawat lagi.

Banyak bus yang sudah tidak layak beroperasi. Bahkan kepala pool Pluit Jaya mengatakan siap menjual secara kiloan.

Interior bus tampak tidak terawat.

Tarto selaku pengurus kepala di pool Pluit Jaya menjelaskan, armada bus tidak terpakai sejak awal tahun 2020.

Pandemi Corona yang merebak membuat kondisi Pluit Jaya semakin di ujung tanduk.

Masuknya virus COVID-19 di Indonesia membuat keterpurukan bus Pluit Jaya kian bertambah, pasalnya tidak ada penyewaan untuk pariwisata. 

Sebelumnya masuk pandemi, ada 100 supir yang bekerja untuk Pluit Jaya bahkan bisa lebih.

Tetapi semenjak Maret 2020 para supir dan kernet dipulangkan kekampung halaman karena Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB).

Di puncak kejayaannya, armada ini memiliki lebih dari 100 unit bus.

Kini, yang tersissa hanya 20 unit saja.

Menurut Tart, armada tersebut dijual paketan ke pengepul besi tua.

Sejumlah pekerja tetap berkumpul di pool.

Pekerja tengah mereparasi salah satu bus di pool Pluit Jaya, Jakarta Utara, Jumat (25/9/2020).
Beroperasi sejak tahun 1975 kini bus Pluit Jaya tinggal kenangan, pasalnya bus tersebut sudah tidak terawat lagi.
Banyak bus yang sudah tidak layak beroperasi. Bahkan kepala pool Pluit Jaya mengatakan siap menjual secara kiloan.
Interior bus tampak tidak terawat.
Tarto selaku pengurus kepala di pool Pluit Jaya menjelaskan, armada bus tidak terpakai sejak awal tahun 2020.
Pandemi Corona yang merebak membuat kondisi Pluit Jaya semakin di ujung tanduk.
Masuknya virus COVID-19 di Indonesia membuat keterpurukan bus Pluit Jaya kian bertambah, pasalnya tidak ada penyewaan untuk pariwisata. 
Sebelumnya masuk pandemi, ada 100 supir yang bekerja untuk Pluit Jaya bahkan bisa lebih.
Tetapi semenjak Maret 2020 para supir dan kernet dipulangkan kekampung halaman karena Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB).
Di puncak kejayaannya, armada ini memiliki lebih dari 100 unit bus.
Kini, yang tersissa hanya 20 unit saja.
Menurut Tart, armada tersebut dijual paketan ke pengepul besi tua.
Sejumlah pekerja tetap berkumpul di pool.