Tergabung dalam bengkel modifikasi yang diberi nama Seket Teki Nusakambangan Kustom atau disingkat STNK mereka menghasilkan karya yang ciamik. Foto: Arbi Anugrah
Pada motor bebek low rider pesanannya tersebut dia konsep sangat berbeda dari motor kustom pada umumnya, dengan jarak bebas dari tanah hanya sekitar 3 cm, serta menggunakan ban 450 dengan ring 17 inci. Foto: Arbi Anugrah
Hingga saat ini, tim STNK yang baru berdiri sekitar empat bulan lalu, sudah menghasilkan sebanyak 4 unit motor kustom yang dijual sesuai dengan pesanan. Tiga motor sudah diambil pemiliknya, sementara satu unit masih berada di Lapas Permisan menunggu diambil pemiliknya. Foto: Arbi Anugrah
Motor bebek ber-cc 70 itu juga dibuat menjadi 100 cc dengan banyak corak painting sebuah rumput-rumput atau dalam bahasa Jawanya adalah suket teki. Foto: Arbi Anugrah
Bahkan pada bagian penutup mesinnya pun diukir dengan bentuk rumput dan semuanya itu ternyata mengandung makna tersendiri bagi teman-teman yang tergabung di STNK. Foto: Arbi Anugrah
Motor bebek low rider berwarna merah tersebut dia anggap sebagai icon Nusakambangan. Foto: Arbi Anugrah
Untuk harga motor kustom buatan para narapidana ini pun disebut Mukti masih standar, seperti layaknya motor motor modifikasi lainnya di luar penjara. Harganya kisaran Rp 15-20 juta tergantung bahan material yang digunakan. Foto: Arbi Anugrah
Namun demikian, semangat menyalurkan kagiatan para napi di lapas tersebut patut diacungi jempol. Meskipun harus memodifikasi kendaraan kustom dengan peralatan seadanya. Bahkan untuk mendapatkan bahan baku motor pun harus dititipkan pada salah satu petugas lapas yang keluar dari Nusakambangan. Foto: Arbi Anugrah