Inazuma Jadi Motor Klasik, Biar Tetep Keren Walau Disalip Skutik

Bagi yang melihat sosok motor Suzuki yang sering dijuluki Baby B-King ini, pasti mengira Inazuma ini motor yang mudah diajak lari kencang, karena itu Handoko memutuskan untuk memodifikasinya. Foto: Handoko N Soetrisno
Penggantian wajib dilakukan pada headlamp, karena headlamp asli modelnya terlalu modern dan sport. Diganti dengan Daymaker 7 inci dengan cincin halo yang fungsinya seperti Day Running Light (DRL) pada mobil keluaran terkini.Foto: Handoko N Soetrisno
Karena konsep ubahan motor ini akan menjadi klasik tracker, maka kaki-kaki diubah menggunakan ban dual purpose dan velg jari-jari ukuran 18 inci yang sudah tersedia, ditambah twin shock absorber menggunakan YSS tabung ukuran 360 mm. Foto: Handoko N Soetrisno
Berat kosong Suzuki Inazuma GW250 mencapai 182 kg membuat ubahan kaki-kaki menjadi pekerjaan yang paling berat, karena tidak mudah mendapatkan tromol yang sesuai. Foto: Handoko N Soetrisno
Semua bodi bawaan motor ditanggalkan digantikan dengan bodi custom dari galvanis. Tangki bensin dibuat baru dengan mengkanibal tangki lama. Tangki lama diambil bagian dasar dan tutupnya, selain agar tidak mengubah dudukannya juga agar pelampung bensin tetap bisa dipakai, sehingga indikator bensin pada panel speedometer tetap berfungsi dan kunci original bisa tetap digunakan untuk membuka tutup bensin. Foto: Handoko N Soetrisno
Pemilihan warna dipilih sesuai STNK agar lebih rapi dan tetap tertib dan aman berlalulintas. Pada tangki motor terdapat motif “kilat”, sesuai dengan arti Inazuma dalam Bahasa Jepang. Foto: Handoko N Soetrisno
engimbangi lampu depan yang bulat, lampu rem pun diganti yang modelnya bulat sepasang seperti yang biasa terpasang pada motor Harley Sporter. Lampu rem ini multifungsi, selain sebagai lampu rem juga berfungsi sebagai lampu sein. Foto: Handoko N Soetrisno
Proses pembuatan motor ini memakan waktu hampir 4 (empat) bulan. Foto: Handoko N Soetrisno
Waktu menanti yang cukup lama terbayar lunas dengan hasilnya. Jauh berbeda dengan penampakan aslinya yang semula sport touring, kini terlahir kembali sebagai klasik tracker Foto: Handoko N Soetrisno
Nah sekarang kalau motor lain yang lebih kecil lewati motor ini, ya silakan saja. Kan ini motor klasik buat jalan santai sambil nikmati hembusan angin sore. Foto: Handoko N Soetrisno
Bagi yang melihat sosok motor Suzuki yang sering dijuluki Baby B-King ini, pasti mengira Inazuma ini motor yang mudah diajak lari kencang, karena itu Handoko memutuskan untuk memodifikasinya. Foto: Handoko N Soetrisno
Penggantian wajib dilakukan pada headlamp, karena headlamp asli modelnya terlalu modern dan sport. Diganti dengan Daymaker 7 inci dengan cincin halo yang fungsinya seperti Day Running Light (DRL) pada mobil keluaran terkini.Foto: Handoko N Soetrisno
Karena konsep ubahan motor ini akan menjadi klasik tracker, maka kaki-kaki diubah menggunakan ban dual purpose dan velg jari-jari ukuran 18 inci yang sudah tersedia, ditambah twin shock absorber menggunakan YSS tabung ukuran 360 mm. Foto: Handoko N Soetrisno
Berat kosong Suzuki Inazuma GW250 mencapai 182 kg membuat ubahan kaki-kaki menjadi pekerjaan yang paling berat, karena tidak mudah mendapatkan tromol yang sesuai. Foto: Handoko N Soetrisno
Semua bodi bawaan motor ditanggalkan digantikan dengan bodi custom dari galvanis. Tangki bensin dibuat baru dengan mengkanibal tangki lama. Tangki lama diambil bagian dasar dan tutupnya, selain agar tidak mengubah dudukannya juga agar pelampung bensin tetap bisa dipakai, sehingga indikator bensin pada panel speedometer tetap berfungsi dan kunci original bisa tetap digunakan untuk membuka tutup bensin. Foto: Handoko N Soetrisno
Pemilihan warna dipilih sesuai STNK agar lebih rapi dan tetap tertib dan aman berlalulintas. Pada tangki motor terdapat motif “kilat”, sesuai dengan arti Inazuma dalam Bahasa Jepang. Foto: Handoko N Soetrisno
engimbangi lampu depan yang bulat, lampu rem pun diganti yang modelnya bulat sepasang seperti yang biasa terpasang pada motor Harley Sporter. Lampu rem ini multifungsi, selain sebagai lampu rem juga berfungsi sebagai lampu sein. Foto: Handoko N Soetrisno
Proses pembuatan motor ini memakan waktu hampir 4 (empat) bulan. Foto: Handoko N Soetrisno
Waktu menanti yang cukup lama terbayar lunas dengan hasilnya. Jauh berbeda dengan penampakan aslinya yang semula sport touring, kini terlahir kembali sebagai klasik tracker Foto: Handoko N Soetrisno
Nah sekarang kalau motor lain yang lebih kecil lewati motor ini, ya silakan saja. Kan ini motor klasik buat jalan santai sambil nikmati hembusan angin sore. Foto: Handoko N Soetrisno