Gandeng Pertamina, Toyota Bakal Bangun Pabrik Bioetanol di Lampung

Gandeng Pertamina, Toyota Bakal Bangun Pabrik Bioetanol di Lampung

Septian Farhan Nurhuda, Retno Ayuningrum - detikOto
Rabu, 12 Nov 2025 14:07 WIB
Toyota Motor Corporation akan berinvestasi dalam pengembangan ekosistem bioetanol di Indonesia.
Toyota bakal bangun pabrik bioetanol di Lampung. Foto: Dok. BKPM
Jakarta -

Toyota Motor Corporation (TMC) melalui PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) bakal membangun pabrik bioetanol di Lampung. Mereka disebut-sebut siap menggandeng Pertamina untuk membentuk perusahaan patungan atau joint venture.

Kepastian itu disampaikan Todotua Pasaribu selaku Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi dalam rangkaian kunjungan kerja (kunker) ke Jepang. Ketika itu, dia bertemu salah satu petinggi Toyota dan melakukan studi ke fasilitas riset di Fukushima milik Research Association of Biomass Innovation for Next Generation Automobile Fuels (RABIT).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertemuan tersebut membahas rencana investasi Toyota dalam pengembangan ekosistem bioetanol di Indonesia. Todotua mengapresiasi komitmen Toyota dalam mendukung program Pemerintah di bidang energy security dan transisi energi hijau.

"Kemarin saat kunjungan kami telah berdiskusi dengan RABIT, bahwa teknologi pabrik bioetanol generasi kedua ini dapat memanfaatkan berbagai macam limbah pertanian (multi feedstock), sehingga teknologinya cocok dengan Indonesia yang tidak hanya memiliki potensi tanaman sorgum, tetapi bisa juga dari tebu, padi, singkong, kelapa sawit, aren dan lain-lain " ujar Todotua, dikutip dari detikFinance, Rabu (12/11).

ADVERTISEMENT

Fasilitas raBit di Fukushima tempat Toyota dan beberapa pabrikan lain mengembangkan penelitian membuat bioetanol dari bahan nonpangan.Fasilitas raBit di Fukushima tempat Toyota dan beberapa pabrikan lain mengembangkan penelitian membuat bioetanol dari bahan nonpangan. Foto: Toyota Astra Motor

Toyota melalui PT TMMIN telah menyatakan minatnya untuk berinvestasi dalam pengembangan industri bioetanol di Indonesia. Langkah tersebut merupakan bagian dari strategi global Toyota untuk mengamankan pasokan bahan bakar bagi kendaraan flex-fuel berbasis bioetanol, sekaligus mendukung kebijakan pemerintah Indonesia dalam mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil impor.

"Kolaborasi ini dapat menjadi tonggak penting dalam pengembangan biofuel generasi berikutnya. Indonesia memiliki keunggulan sumber daya alam dan lahan pertanian yang luas, sementara Jepang memiliki keunggulan teknologi. Kombinasi keduanya akan menghasilkan dampak nyata bagi ketahanan energi dan ekonomi hijau," tuturnya.

Ada sejumlah wilayah yang disiapkan menjadi sentra pengembangan industri bioetanol di Indonesia, salah satunya Lampung. Sebab, kawasan tersebut punya dukungan bahan baku dari tebu, singkong, dan sorgum. Kawasan itu juga masuk dalam Roadmap Hilirisasi Investasi Strategis yang dimiliki Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM.

"Sebagai pioneer project, tadi sudah didiskusikan akan bekerjasama dengan Pertamina NRE (New Renewable Energy) di Lampung, untuk bahan bakunya juga tidak hanya dari perusahaan tapi juga melibatkan petani dan koperasi tani setempat sehingga juga dapat menggerakan perekonomian di daerah, nantinya untuk suplai energi juga diintegrasikan dengan plant geothermal dan hidrogen milik Pertamina," jelas Todotua.

Wamen Investasi Boyong Toyota Investasi Bioethanol di RIWamen Investasi Boyong Toyota Investasi Bioethanol di RI Foto: Pertamina

Todotoa menegaskan, setelah pertemuan tersebut, Toyota dan Pertamina akan langsung melakukan kajian studi bersama ke Lampung dan menargetkan perusahaan patungan telah terbentuk di awal 2026.

"Dalam rangka mendukung kebijakan E10, saat ini tengah dikaji rencana pengembangan fasilitas dengan kapasitas produksi sebesar 60.000 kiloliter per tahun dan nilai investasi sekitar Rp 2,5 triliun," tuturnya.

"Investasi ini menjadi langkah awal yang diharapkan tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga membuka peluang ekspor ke negara lain," tambah Todotua.

Kebutuhan bahan bakar di dalam negeri saat ini mencapai lebih dari 40 juta kiloliter per tahun. Dengan mandatory, E10 maka setidaknya Indonesia membutuhkan sekitar 4 juta kiloliter bioetanol di 2027. Itulah mengapa, persiapan pembangunan pabrik pendukung harus dimulai dari sekarang.

"Peluang inilah yang ditangkap oleh Toyota yang juga sudah mengembangkan mobil berbahan bakar bioetanol di banyak negara," kata dia.




(sfn/dry)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads